Sejarah Gunung Bawakaraeng yang Sangat Sakral

Posisi Indonesia yang terletak pada Ring of Fire Pasific (Cincin Api Pasifik) membuatnya dikelilingi oleh rentetan gunung. Salah satu gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawsi Selatan adalah Gunung Bawakaraeng. Ya, gunung yang memiliki perkiraan tinggi hingga 2950 meter di atas permukaan laut ini memiliki fungsi yang sangat vital yaitu penyimpan sumber daya air (reservoir) beberapa daerah di sekitarnya. Menurut sejarahnya, Gunung Bawakaraeng menjadi tempat yang disakralkan oleh para penduduk sekitar. Jika ditinjau dari namanya saja maka “Bawa” berarti mulut dan “Karaeng” berarti raja sehingga apabila disatukan akan menjadi mulut raja. Selain itu, Gunung Bawakaraeng menjadi semakin sakral karena dulunya dianggap sebagai tempat bertemunya para wali yang ingin menyebarluaskan agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan.

Sakralnya Gunung Bawakaraeng juga diperkuat dengan adanya berbagai ritual unik yang tetap dijaga dan dijalankan hingga sekarang. Salah satu ritual yang masih dijalankan saat ini adalah pada saat tanggal 10 Dzulhijjah yang biasa dikenal oleh orang islam sebagai ibadah Haji. Hanya saja, ibadah tersebut bukan dilakukan di Mekkah melainkan menaikki puncak Gunung Bawakaraeng. Masyarakat sekitar sejatinya mendaki bukan untuk menunahkan ibadah Haji melainkan hanya memanjatkan doa seraya meminta rejeki, keselamatan, dan sebagainya di gunung yang dianggap sebagai mulut raja. Selain itu, masyarakat juga akan membawa berbagai bahan makanan sebagai sesembahan untuk mewarnai ritual tersebut.